- Pramuka MAN 5 Bogor Ikuti JOTA-JOTI 2025 di Bumi Perkemahan Cimandala
- JUMHANI MAN 5 Bogor: Menumbuhkan Rasa Syukur Sebagai Kunci Kebahagiaan
- Ekskul Paskibra MAN 5 Bogor Laksanakan Latihan Dasar Baris-Berbaris
- KIR MAN 5 Bogor Lakukan Studi Visit ke HOB Farming
- Pendidikan Etika di Era Digital
- Semangat Kebugaran Melalui Kegiatan RAHAJA (Rabu Sehat Jasmani)
- Upacara Bendera: Bentuk Pembinaan Kedisiplinan di MAN 5 Bogor
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
Dalam Kurikulum Merdeka yang Dipadukan dengan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)

Keterangan Gambar : Siswa berdiskusi saling menghargai pendapat teman dalam memecahkan masalah
Pendahuluan
Baca Lainnya :
- Pelaksanaan Sidik Jari Ijazah Siswa Kelas XII MAN 5 Bogor Berjalan Tertib dan Lancar0
- Demi Kenyamanan Belajar, MAN 5 Bogor Lakukan Pemasangan Loster Sirkulasi Udara0
- Daftar Ulang Peserta Didik Baru MAN 5 Bogor Tahun 2025 Berlangsung Tertib dan Lancar1
- Membawa Semangat Literasi dari MAN 5 Bogor ke Tingkat Kabupaten!0
- LALAMPAH KA BADUY0
Pendidikan Pancasila di era Kurikulum Merdeka memiliki peran strategis dalam membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia, cinta tanah air, dan mampu berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan kebangsaan. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang sangat relevan karena berpusat pada peserta didik dan menantang mereka untuk menyelesaikan masalah nyata melalui kerja kolaboratif dan reflektif. Pendekatan ini semakin efektif jika dipadukan dengan Kurikulum Berbasis Cinta—sebuah pendekatan yang menekankan nilai-nilai kasih sayang, empati, dan kepedulian antarmanusia sebagai dasar dalam proses pembelajaran.
Pembahasan
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah nyata sebagai sarana belajar. Dalam konteks Pendidikan Pancasila, peserta didik diajak untuk mengeksplorasi isu-isu seperti intoleransi, radikalisme, hingga ketidakadilan sosial melalui studi kasus atau simulasi. Dengan bimbingan guru, mereka dituntun menyusun solusi berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Sementara itu, pendekatan Kurikulum Berbasis Cinta memberikan nuansa emosional dan spiritual dalam pembelajaran. Guru tidak hanya menjadi fasilitator, tetapi juga menjadi teladan kasih sayang dan empati. Hal ini menumbuhkan suasana kelas yang aman, nyaman, dan penuh hormat.
Penerapan dalam Pembelajaran
Sebagai contoh, pada materi "Menjadi Warga Negara yang Baik", peserta didik diberikan studi kasus tentang maraknya ujaran kebencian di media sosial. Dengan PBL, mereka dibagi dalam kelompok untuk mengidentifikasi masalah, menggali fakta, menganalisis dampak sosial, dan merancang kampanye digital bertema perdamaian. Seluruh proses ini dibingkai dengan semangat cinta kasih dan gotong royong, sesuai prinsip Kurikulum Berbasis Cinta. Guru memberikan ruang dialog yang inklusif dan mengapresiasi setiap perbedaan pandangan dengan penuh respek. Pembelajaran tidak hanya menyentuh kognisi, tetapi juga afeksi dan aksi nyata dalam kehidupan.
Penutup
Penggunaan model Problem Based Learning dalam Pendidikan Pancasila yang dipadukan dengan Kurikulum Berbasis Cinta, menciptakan ekosistem pembelajaran yang holistik dan transformatif. Peserta didik tidak hanya memahami Pancasila secara konseptual, tetapi juga mampu menghidupinya dalam tindakan nyata, penuh kasih, dan tanggung jawab sosial. Inilah wujud nyata pendidikan karakter yang mendalam—yang tidak hanya membentuk pikiran, tetapi juga menyentuh hati dan menggerakkan tindakan.
(Indra Parimarma, Guru Mata Pelajaran Pancasila di MAN 5 Bogor)